“Satu langkah kecil bagi seorang manusia, satu lompatan besar bagi umat manusia.” Kalimat legendaris itu bergema di seluruh dunia pada 20 Juli 1969, ketika Neil Armstrong menjejakkan kaki di permukaan Bulan sebagai manusia pertama. Namun, siapa sangka bahwa langkah kecil itu akan terus bergema dalam bentuk sebuah jam tangan?

Lebih dari 50 tahun setelah misi Apollo 11 yang monumental itu, sebuah jam tangan emas milik Neil Armstrong terjual dalam lelang seharga 2,1 juta dollar AS (sekitar Rp 34 miliar), menurut rumah lelang RR Auction. Jam tersebut bukan sekadar penunjuk waktu biasa—ia adalah simbol sejarah, kenangan, dan pencapaian manusia yang menakjubkan.

Hadiah Istimewa untuk Pahlawan Luar Angkasa

Tak lama setelah kembali dari Bulan, Armstrong menghadiri sebuah jamuan makan malam di Hotel Warwick, Houston. Di sana, ia menerima hadiah istimewa dari Omega: sebuah Omega Speedmaster Professional yang terbuat dari emas 18 karat.

Jam ini merupakan bagian dari koleksi langka bertajuk “Tribute to Astronauts”, yang dibuat untuk menghormati para astronot dari program Mercury, Gemini, dan Apollo. Selain Armstrong, Presiden Richard Nixon dan Wakil Presiden Spiro Agnew juga menerima model serupa—meski Nixon kemudian menolaknya karena alasan etika.

Pada bagian belakang jam Armstrong terukir nama sang astronot, serta nama dua misi penting yang diikutinya: Gemini 8 (penerbangan luar angkasa pertamanya) dan Apollo 11 (misi ke Bulan). Di sana juga terdapat kalimat penuh makna:

“To mark man’s conquest of space with time, through time, on time.”

(“Menandai penaklukan manusia atas ruang angkasa dengan waktu, melalui waktu, tepat waktu.”)

Bagian belakang jam tangan ini diukir dengan kalimat ?To mark man?s conquest of space with time, through time, on time.

Lebih dari Sekadar Aksesori

Mark Armstrong, putra Neil Armstrong, mengatakan bahwa jam tersebut sering dipakai ayahnya dalam acara-acara khusus. “Jam ini melambangkan salah satu pencapaian paling luar biasa dalam sejarah umat manusia,” ujarnya melalui pernyataan yang dirilis RR Auction.

Menariknya, hasil penjualan jam tidak sepenuhnya masuk ke kantong pribadi keluarga. Sebagian besar dana disumbangkan untuk berbagai kegiatan amal yang sesuai dengan nilai dan kepercayaan Armstrong semasa hidupnya. Sebagian lainnya disalurkan ke Brian LaViolette Scholarship Foundation, sebuah yayasan beasiswa di Wisconsin.

Speedmaster: Dari Jam Tangan Biasa ke ‘Moonwatch’

Meski jam emas milik Armstrong tidak pernah dibawa ke luar angkasa, varian Speedmaster dari Omega telah memiliki sejarah panjang dalam dunia penerbangan luar angkasa. Semuanya bermula pada tahun 1962, ketika astronot Wally Schirra membawa Speedmasternya sendiri dalam misi Mercury Sigma 7.

Pada tahun 1964, NASA mencari jam tangan yang mampu bertahan di lingkungan ekstrem luar angkasa. Empat perusahaan mengajukan produknya, dan hanya tiga yang lolos ke tahap uji lanjut. Uji coba ini, menurut Omega, “dirancang untuk menghancurkan jam tangan” demi menemukan model paling tangguh.

Persyaratan NASA sangat ketat: jam harus tahan air, tahan guncangan, anti-magnetik, serta bisa bertahan pada suhu ekstrem antara 0 hingga 200 derajat Fahrenheit, dan tekanan gravitasi hingga 12 G.

Hanya Omega Speedmaster yang berhasil melewati semua tantangan tersebut. Pada tahun 1965, jam ini secara resmi dinyatakan “layak terbang untuk semua misi luar angkasa berawak,” dan sejak itu dikenal dengan nama ikonik: Moonwatch.

Sejak misi Gemini 3 hingga keenam pendaratan di Bulan, Speedmaster selalu menjadi bagian dari perlengkapan astronot. Bahkan, jam baja tahan karat yang dipakai Armstrong saat ke Bulan kini menjadi koleksi tetap di National Air and Space Museum, setelah disumbangkan NASA pada tahun 1973.

Dalam wawancara dengan Houston Chronicle, Bobby Livingston dari RR Auction menyatakan, “Para astronot ini mengandalkan rekayasa yang hebat, jam tangan yang andal, dan pesawat luar angkasa yang baik.”

Kini, jam emas Neil Armstrong bukan lagi sekadar aksesori—ia telah menjadi kapsul waktu, pengingat abadi akan keberanian manusia yang melampaui batas langit. Dan bagi dunia, ia menjadi simbol bahwa setiap detik yang tepat bisa membawa kita ke bintang-bintang.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *